Legal Protection of Patients in Clinical Teleconsultation Service Practice in Indonesia

Authors

  • Erni Herdiani Universitas Borobudur Author
  • M. Altef Dasril Author

Keywords:

Clinical Teleconsultation; Patient’s Legal Protection; Indonesia; Pandemic; Health.

Abstract

The development of digital technology is growing rapidly, as well as in the world of health. At first, Telemedicine was limited to only among Health Service Facilities as a solution to the challenge of the limited number of specialist/subspecialist doctors at Remote Hospitals in the country. However, after the COVID-19 Pandemic struck, the development of Telemedicine grew rapidly. This needs serious attention, especially in the aspect of legal protection. If the status of the COVID-19 Pandemic is revoked, how will the Legal Arrangements for Clinical Teleconsultation services be? How is Patient Legal Protection in the Practice of Clinical Teleconsultation Services? Methods This research uses a normative juridical method with an inductive conclusion approach. The result is that the existing legal regulation of Clinical Teleconsultation is only limited to the pandemic period and has many things that need to be addressed in its implementation and supervision, especially in terms of protection of patient rights in compliance with the rules and legislation that apply. The government needs to start drafting detailed regulations right away to ensure that patients using clinical teleconsultation services are protected by the law. Especially related to licensing and supervision.

References

Adisasmito, W. (2008). Kebijakan standar pelayanan medik dan diagnosis related group (DRG), kelayakan penerapannya di Indonesia. UI Press.

Azwar, A. (1996). Pengantar administrasi kesehatan. Binarupa Aksara.

Basah, S. (1995). Pengantar izin sebagai salah satu sanksi hukum administrasi. Penataran Hukum Administrasi dan Lingkungan di Fakultas Hukum Unair, Surabaya.

Basah, S. (1996). Sistem perizinan sebagai instrumen pengendali lingkungan. Seminar Hukum Lingkungan, diselenggarakan oleh KLH bekerjasama dengan Legal Mandate Compliance end Enforcement Program dari BAPEDAL, Jakarta.

Beardsley, K. (2011). The mediation dilemma. Cornell University Press.

Chandrawila, W. (2001). Hukum kedokteran. Mandar Maju.

Chiosea, S. I., Peel, R., Barnes, E. L., & Seethala, R. R. (2009). Salivary type tumors seen in consultation. Virchows Archiv, 454(4), 457-466. https://doi.org/10.1007/s00428-009-0742-x

Guwandi, J. (2006). Informed consent and informed refusal. Universitas Indonesia.

Indonesia. (1945). Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Indonesia. (2004). Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang praktik kedokteran. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431.

Indonesia. (2009a). Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063.

Indonesia. (2009b). Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072.

Indonesia. (2014). Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang tenaga kesehatan. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 298, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5607.

Indonesia. (2020a). Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2020 tentang penetapan kedaruratan kesehatan masyarakat corona virus disease 2019 (COVID-19).

Indonesia. (2020b). Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020 tentang penetapan kedaruratan kesehatan masyarakat corona virus disease 2019 (COVID-19).

Isfandyarie. (2006). Tanggung jawab hukum dan sanksi bagi dokter. Prestasi Pustaka.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2016). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/MENKES/409/2016 tentang rumah sakit uji coba program pelayanan telemedicine berbasis video-conference dan teleradiologi.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2017 tentang strategi e-kesehatan nasional.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2019). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 20 Tahun 2019 tentang penyelenggaraan pelayanan telemedicine antar fasilitas pelayanan kesehatan.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2020a). Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK/Menkes/413/2020 tentang pedoman pencegahan dan pengendalian COVID-19.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2020b). Surat Edaran Nomor HK.02.01/MENKES/303/2020 tentang penyelenggaraan pelayanan kesehatan melalui pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam rangka pencegahan penyebaran COVID-19.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2022). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 22 Tahun 2022 tentang rekam medis.

Kementerian Kesehatan Malaysia. (1997). Malaysia's telemedicine blueprint: Leading healthcare into the information age.

Konsil Kedokteran Indonesia. (2020). Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 74 Tahun 2020 tentang kewenangan klinis dan praktik kedokteran melalui telemedicine pada masa pandemi COVID-19 di Indonesia.

Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) Pusat. (2020). Surat Keputusan MKEK Nomor 017/PB/K.MKEK/05/2020 tentang fatwa layanan telemedis dan konsultasi daring khususnya di masa pandemi COVID-19.

Malaysia. (1997). Telemedicine Act 1997 (Act 564).

Malaysia. (2019). Personal Data Protection Act (ISN: MYS-2010-L-89542)

Mat Som, M. H., Norali, A. N., & Megat Ali, M. S. A. (2010). Telehealth in Malaysia: An overview.IEEE Symposium on Industrial Electronics and Application (ISIEA 2010), Penang, Malaysia.

Notoatmodjo, S. (2010). Etika dan hukum kesehatan. Rineka Cipta.

Pengurus Besar IDI. (2018). Telemedisin, rekomendasi ikatan dokter indonesia untuk masa depan digitalisasi kesehatan di Indonesia. PB IDI.

Permatasari, E. (2022, August 14). Salah diagnosis via platform kesehatan, tanggung jawab siapa? Hukumonline. https://www.hukumonline.com/klinik/a/salah-diagnosis-via-iplatform-i-kesehatan--tanggung-jawab-siapa-lt5f93baf282fc5

PRNewswire. (2024, March 17). Survei nasional hasil opini medis kedua. Retrieved December 12, 2024.

Rahmayanty, N. (2012). Manajemen pelayanan prima. Graha Ilmu.

Ridwan, H. R. (2006). Hukum administrasi negara. PT. Raja Grafindo.

Santoso, B. S., Medina, Rahmah, Setiasari, T., & Sularsih, P. (2015). Perkembangan dan masa depan telemedika di Indonesia. National Conference on Information Technology and Technical Engineering (CITEE), Yogyakarta.

Soekanto, S., & Mamudji, S. (2007). Penelitian hukum normatif, suatu tinjauan singkat. Raja Grafindo.

Soemitro, R. H. (1988). Metodologi penelitian hukum dan jurimetri. Ghalia Indonesia.

Solikhin, M. N. (2022, August 14). Urgensi menyusun regulasi komprehensif telemedicine. Hukumonline. https://www.hukumonline.com/berita/a/regulasi-telemedicine-lt61e77813f14ea/?page=1

Spelt, N. M., & Ten Berg, J. A. (1992). Pengantar hukum perizinan (P. M. Hadjon, Ed.). Yuridika.

Triwulan, T., & Febrina, S. (2010). Perlindungan hukum bagi pasien. Prestasi Pustaka.

World Health Organization. (2010). Telemedicine: Opportunities and developments in member states: Report on the second global survey on e-health 2009 (Global Observatory for eHealth Series, 2).

Downloads

Published

2025-08-31

Issue

Section

Articles